Oleh: Ilmiati
(Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Malang)
KOLOMRAKYAT.COM: Keluarga adalah pilar utama dalam membentuk karakter dan identitas individu. Sebagai unit sosial terkecil, keluarga tidak hanya berfungsi sebagai tempat perlindungan, tetapi juga sebagai wadah pertama bagi individu untuk belajar tentang nilai-nilai moral, etika, dan interaksi sosial.
Menurut Ki Hajar Dewantara, kata “keluarga” mencerminkan peran setiap anggotanya yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yang dalam konteks keluarga berarti menjaga kesejahteraan bersama. Namun, dalam era digital ini, di mana media sosial mendominasi hampir setiap aspek kehidupan, tantangan baru muncul yang mempengaruhi komunikasi dan hubungan antar anggota keluarga.
Media sosial telah membawa banyak perubahan dalam cara kita berkomunikasi, baik dengan teman, kolega, maupun keluarga. Platform seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, dan Twitter memberikan banyak kemudahan, seperti memungkinkan komunikasi jarak jauh dan memudahkan berbagi momen penting.
Namun, seiring dengan keuntungan tersebut, media sosial juga membawa dampak negatif yang signifikan bagi komunikasi keluarga. Sebagai contoh, kebiasaan anak-anak yang lebih memilih menghabiskan waktu di dunia maya daripada berinteraksi langsung dengan keluarga dapat mengganggu hubungan interpersonal yang seharusnya menjadi dasar kekuatan keluarga.
Dalam kasus keluarga Amira yang saya temui, misalnya, pada masa pandemi Covid-19 membuat anak-anaknya semakin terikat pada gadget dan dunia maya. Amira, seorang ibu rumah tangga, mengungkapkan kekhawatirannya tentang komunikasi yang semakin terputus. Namun, setelah melakukan diskusi terbuka dan sepakat untuk membatasi penggunaan gadget, keluarga mereka berhasil memperbaiki komunikasi dan menjaga kedekatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kesadaran dan komunikasi yang baik, keluarga masih bisa menjaga keharmonisannya meski media sosial hadir di tengah-tengah mereka.
Dampak positif media sosial dalam keluarga memang ada, seperti memfasilitasi komunikasi jarak jauh dan mempererat hubungan dengan anggota keluarga yang jauh. Akan tetapi, di sisi lain, ketergantungan pada gadget dapat mengurangi kualitas waktu bersama keluarga, bahkan menimbulkan ketegangan.
Data menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan di kalangan remaja dapat menyebabkan gangguan komunikasi dalam keluarga, seperti yang tercermin dari 40% remaja di Indonesia yang mengaku merasa terganggu dengan kecanduan media sosial mereka.
Oleh karena itu, orang tua harus lebih aktif dalam mengawasi penggunaan media sosial anak-anak mereka. Mengatur waktu layar, membatasi akses ke konten yang tidak sesuai usia, serta mengadakan waktu berkumpul tanpa gadget adalah beberapa cara yang bisa diterapkan untuk menjaga kualitas interaksi dalam keluarga. Selain itu, orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial, mengajarkan nilai-nilai disiplin, dan mengingatkan anak-anak tentang pentingnya menjaga privasi dan keamanan online.
Pada akhirnya, meskipun media sosial menawarkan banyak kemudahan, keluarga tetap memegang peran yang lebih besar dalam membentuk kualitas komunikasi dan hubungan interpersonal yang sehat. Melalui kerjasama, pengertian, dan pengawasan yang bijak, keluarga dapat menjaga keharmonisan di tengah perkembangan teknologi yang terus berubah. Keluarga yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, sembari tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan, akan tetap menjadi tempat yang nyaman dan mendukung bagi setiap anggotanya.***
ini tampilan gambar iklan: