Opini

Manajemen Resiko untuk Mencapai Tujuan Puasa

21
×

Manajemen Resiko untuk Mencapai Tujuan Puasa

Sebarkan artikel ini
Pendais Hak. (Dok. Pribadi) 

Oleh: Dr. Pendais Hak

(Ketua PW Gerakan Pemuda Ansor Sultra)

 

KOLOMRAKYAT.COM: Setiap ibadah memiliki tujuan. Dan setiap tujuan ibadah itu mengharapkan adanya ganjaran atau balasan. Berbeda dengan ibadah lain, ibadah puasa rupanya memiliki dua dimensi ganjaran.

ini tampilan gambar iklan:

Dimensi pertama berupa ganjaran yang sepadan dengan reward (penghargaan). Ganjaran yang dimaksud berupa pahala dan jaminan kebaikan lainnya. Sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah “barang siapa yang berpuasa pada bulan ramadan yang didasari dengan iman dan kepasrahan pada riho-Nya maka Allah akan mengampuni seluruh dosa-dosanya di masa lalu.

Baca Juga :  Prabowo Pemimpin Otentik, Bukan Pemimpin Plastik

Hadis lain diriwayatkan oleh Sahl Ibn Sa’ad bahwa seorang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh nantinya akan dimasukan ke surga melalui pintu khusus bernama Rayan.

Dimensi kedua berupa ganjaran hal buruk (resiko) bagi orang yang berpuasa. Mengacu pada hadis yang diriwatakan oleh Ahmad “betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga saja”. Puasa demikian termasuk kategori ibadah yang sia-sia. Tidak memperoleh tujuan dari ibadah puasanya (merugi).

Baca Juga :  Bang Jay, Kesederhanaan dan Konsistensinya

Karena itu, agar tujuan puasa tercapai dengan baik. Mendapatkan reward sebagaimana yang dijanjikan. Perlu adanya manajemen resiko. Manajemen resiko adalah upaya dini (preventif) dalam mengatasi hambatan atau tantangan yang bisa menyebabkan menghalangi pencapaian tujuan tertentu. Sama halnya dengan puasa. Agar tujuan puasa tercapai, diperlukan pendekatan dini dan terencana.

Paling tidak ada beberapa cara untuk mengatasi resiko kegagalan puasa. Pertama puasa tidak sekedar menggugurkan syarat sahnya saja, akan tetapi juga menjaga diri dari segala hal yang menyebabkan nilai puasa tereduksi seperti menjaga lisan, menjaga pikiran, dan menjaga hati. Kedua, membangun kualitas ibadah dengan memperbanyak amalan-amalan kebaikan sepeti infaq dan sedeqah. Ketiga, melaksanakan ibadah puasa dengan penuh kepasrahan, bukan karena pujian dan mengejar penilaian sesama, akan tetapi semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT.

Baca Juga :  Putusan MK dan Masa Depan Pilkada yang Lebih Kompetitif

Melalui pengelolaan resiko kegagalan puasa sejak dini, pada gilirannya akan mebuat diri semakin mawas diri. Akhirnya output puasa “la’allakum tattaqun” dapat dicapai dengan baik. Semoga. Wallahu a’lam bissawab. ***

ini tampilan gambar iklan:

ini tampilan gambar iklan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!