KOLOMRAKYAT.COM: KENDARI – Anggota DPR RI, Jaelani, menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat nelayan di Sulawesi Tenggara. Hal ini disampaikannya dalam kunjungan kerja reses di beberapa pesisir wilayah tersebut.
Selama reses, Jaelani secara langsung mendengarkan aspirasi para nelayan terkait kesulitan yang mereka hadapi. Beberapa masalah utama yang ditemukan di lapangan meliputi:
- Sulitnya akses modal: Nelayan di Sulawesi Tenggara menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses modal untuk menjalankan aktivitas penangkapan ikan.
- Harga hasil tangkapan rendah: Harga jual hasil tangkapan nelayan seringkali rendah, sehingga tidak sebanding dengan biaya produksi yang mereka keluarkan.
- Kerusakan alat tangkap: Kondisi alat tangkap yang rusak juga menjadi kendala bagi nelayan dalam menjalankan aktivitas mereka.
- Tingginya biaya produksi: Peningkatan biaya produksi disebabkan oleh pencemaran lingkungan di wilayah tangkap nelayan, memaksa mereka untuk melaut lebih jauh
“Saya melihat potensi yang sangat besar di sektor perikanan Sulawesi Tenggara. Namun, banyak kendala yang dihadapi oleh nelayan. Untuk itu, saya akan berupaya semaksimal mungkin untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat nelayan dan pesisir di senayan,” tegas Jaelani, dalam rilisnya, Minggu (29 Desember 2024).
Terkait dengan kesulitan akses modal, Jaelani berjanji akan mendorong pemerintah untuk menyediakan program pembiayaan yang lebih mudah dan terjangkau bagi nelayan.
“Permasalahan ini mesti segera ditindaklanjuti oleh pemerintah,” ujarnya.
Jaelani juga berkomitmen untuk memperjuangkan perbaikan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan perikanan yang memadai.
“Kalau sarana dan prasarana nelayan terpenuhi, saya yakin akan meningkatkan produksi mereka. Secara tidak langsung, akan meningkatkan kesejahteraan nelayan,” jelasnya.
Selain itu, Jaelani akan mendorong pemerintah untuk mencari solusi agar harga jual hasil tangkapan nelayan lebih stabil dan menguntungkan. Ia juga menekankan pentingnya penggunaan teknologi perikanan yang lebih modern untuk meningkatkan produktivitas nelayan.
“Kita juga memikirkan bagaimana penggunaan teknologi perikanan yang lebih moderen untuk meningkatkan produktivitas nelayan,” imbuhnya.
Menanggapi masalah tingginya biaya produksi akibat pencemaran lingkungan, Jaelani menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap kerusakan wilayah pesisir.
“Pentingnya pemerintah juga memperhatikan laut kita yang tercemar akibat industri ekstraktif. Hal ini juga berdampak pada kekeruhan di wilayah tangkap nelayan. Dengan demikian, nelayan harus pergi menjauh ke lautan karena wilayah pesisir sudah tercemar. Akibatnya, biaya produksi bertambah. Tentunya, hal ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” imbuhnya.
Terakhir, Jaelani akan mendorong pemerintah untuk memperhatikan peralatan nelayan yang sudah tua, seperti kapal dan alat tangkap.
“Bantuan dari pemerintah ini bisa meningkatkan semangat para nelayan untuk terus memenuhi kebutuhan protein masyarakat di Sulawesi Tenggara. Jadi, kita tanpa nelayan ini, tidak bisa makan ikan. Makanya, sektor nelayan, perikanan dan kelautan ini harus menjadi perhatian serius pemerintah,” pungkasnya.
Melalui komitmennya ini, Jaelani berharap dapat membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan di Sulawesi Tenggara dan mendorong kemajuan sektor perikanan di wilayah tersebut.
Editor: Hasrul Tamrin