KOLOMRAKYAT.COM: KENDARI – Salah satu inovasi baru yang dilakukan Dinas Pertanian (Distan) Kota Kendari bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam meningkatkan hasil pertanian adalah membangun Rumah Burung Hantu (Rubuha) untuk mengusir hama Tikus di areal persawahan di Amohalo, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra).
Selama ini, Tikus dianggap menjadi salah satu hama di areal persawahan maupun perkebunan yang bisa mempengaruhi jumlah maupun kualitas hasil produksi pertanian, khususnya padi dan umbi-umbian. Olehnya itu, Dinas Pertanian Pemkot Kendari mencoba membuat suatu inovasi untuk mengatasi permasalahan itu dengan menghadirkan musuh alami Tikus, yaitu burung Hantu.
Kepala Distan Pemkot Kendari, Makmur, mengatakan pemanfaatan burung Hantu merupakan strategi pengendalian hayati yang ramah lingkungan dan efektif untuk mengurangi populasi Tikus yang selama ini menjadi ancaman utama terhadap hasil panen petani.
“Kami berkolaborasi bersama BRIN dan melibatkan kelompok tani pada Rabu lalu (18/6) telah membangun satu Rubuha di kawasan persawahan Amohalo, Kelurahan Baruga, dan semoga ini bisa menjadi contoh bagi kelompok tani yang lain,” katanya, Minggu (22/6/2025).
Dia menjelaskan, Rubuha dibangun di areal persawahan dengan ukuran kecil dan tinggi untuk menarik burung hantu jenis Tyto Alba agar bersarang dan berkembang biak. Burung hantu jenis ini dikenal sebagai predator alami tikus yang aktif di malam hari, sehingga cocok untuk memangsa tikus yang juga aktif pada waktu tersebut.
Dinas Pertanian Pemkot Kendari berharap dengan menghadirkan Rubuha bisa mendatangkan burung Hantu yang bisa mengendalikan hama Tikus sehingga produksi padi terjaga dengan baik, karena burung hantu menjadi predator alami tikus sawah yang dapat memangsa 5 sampai dengan 10 ekor tikus per malam.
“Dengan pendekatan ini, petani tidak hanya mendapatkan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga turut menjaga keseimbangan ekosistem pertanian yang berkelanjutan,” terangnya.
Ia menyebutkan bahwa pengendalian hayati dengan metode Rubuha tersebut juga dinilai hemat biaya karena bisa dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan kayu yang ada di sekitar tempat petani.
“Rumah burung hantu dibuat dari papan kayu ukuran standar, dipasang pada tiang atau pohon setinggi 4–6 meter,” ucap Makmur.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan data kawasan, persawahan Amohalo memiliki potensi pertanian yang cukup luas dan produktif, namun sering mengalami serangan hama Tikus yang merusak tanaman padi, terutama saat fase generatif (pembentukan malai).
“Kawasan persawahan Amohalo di Kelurahan Baruga memiliki luas sekitar 320 hektare yang bisa menghasilkan padi sekitar 3.520 ton per tahun. Jadi itu yang harus kita terus jaga dan perlu ditingkatkan hasil Pertanian kita, untuk menyuplai kebutuhan pangan di Kota Kendari,” pungkasnya.
Laporan: Hasrul Tamrin