KOLOMRAKYAT.COM: KENDARI – Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) ke XXVIII Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) menggelar bakti sosial (Baksos) Seminar Awam di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari, Kamis (18/7/2024).
Baksos Seminar Awam ini membahas tentang ‘Mengenal Lebih Dekat Kanker Payudara dan Pentingnya Deteksi Dini Kanker Payudara’ diikuti langsung oleh para dokter ahli bedah onkologi, dokter spesialis, dokter umum, perawat, mahasiswa kedokteran, serta masyarakat umum maupun beberapa pasien kanker payudara di Kota Kendari.
Seminar ini juga turut dihadiri oleh Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia, dr. Walta Gautama, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Agung Gumelar bersama tim, dan dibuka secara resmi oleh Direktur Utama RSUD Bahteramas dr. H. Hasmudin, SpB.
Ketua Panitia PIT XXVIII Peraboi Tahun 2024, dr. Faruly Wijaya, mengatakan bahwa bakti sosial ini merupakan salah satu kegiatan rangkaian acara pertemuan ilmuwan tahunan (PIT) Peraboi XXVIII, dimana pada tahun ini diisi dengan beberapa kegiatan yang akan berlangsung secara stimulan di RSUD Bahteramas.
“Melalui pemaparan ilmiah dari para ahli yang berpengalaman dalam seminar ini, kami berharap acara ini akan menjadi sarana yang bermanfaat untuk mendekatkan kita pada solusi-solusi yang baik terhadap penyakit kanker payudara,” katanya.
Panitia mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada PP Peraboi, Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan RSUD Bahteramas atas sukses penyelenggaraan bakti sosial ini, sehingga masyarakat, pasien, maupun para pemangku kepentingan di rumah sakit bisa memahami dan tercerahkan dengan hadirnya melalui penyampaian materi dari para ahli tentang penyakit kanker payudara dan pencegahannya.
Sementara itu, Direktur RSUD Bahteramas mengungkapkan bahwa untuk penanganan pasien kanker payudra di RSUD Bahteramas saat ini sudah tersedia ruang onkologi dengan kemoterapi yang sesuai standar, sehingga penanganannya sudah dapat dilakukan atau pasien dapat dirujuk.
“Sejauh ini pasien kanker payudara yang sudah kami tangani di RSUD kurang lebih ada sekitar 100 orang perbulan, itu pasien baru belum yang lama, tentu dalam penanganannya sesuai kompotensi dan gejala yang ditimbulkan,” ungkap dr. Hasmudin, saat sesi konferensi pers usai Seminar.
Ketua YKPI, Linda Amalia Sari Gumelar, menyampaikan visi YKPI yakni menekan kejadian kanker payudara stadium lanjut. Dalam rangka menuju visi pencapaian tersebut pihaknya melakukan edukasi, sosialisasi, skrining dan deteksi dini kanker payudara.
“Kami punya icon yang utama kita lakukan melakukan pengobatan. Nah, upaya apa yang kami lakukan dengan Indonesia negara kepulauan dan terluar, tertinggal dan daerah terpencil kami mencoba melakukan kegiatan bekerjasama dengan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW),” jelasnya.
Dikatakannya, dalam penanganannya kanker payudara dan deteksi dini YKPI telah membentul tingkatkan di provinsi ada BKOW dan tingkat kabupaten/kota ada gabungan organisasi wanita bahkan sampai ada di kecamatan, desa dan kelurahan untuk mengedukasi masyarakat.
“Jadi mereka punya anak ranting dan sebagainya. Jadi disitu kita melakukan sosialisasi bentuknya bisa melalui webinar serta bisa secara online maupun offline. Dan kita selalu bekerjasama dengan perhimpunan ahli bedah onkologi sebagai narasumber kemanapun kami pergi,” ucapnya.
“Memang belum semua terjangkau namun pada umumnya seluruh daerah di Indonesia sudah kami melakukan kerja sama termasuk dengan organisasi keagamaan, termasuk melalui sekolah-sekolah dan universitas dan sekarang kita turun di generasi muda agar menekan stadium lanjut. Mungkin hasilnya nggak sekarang, tapi 10 sampai 20 tahun kedepan program ini bisa kita lakukan untuk mencegah stadium lanjut,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Ketua Pengurus Pusat Peraboi, dr Walta Gautama Said Tehuwayo SpB Subsp Onk (K) mengukapkan, kanker payudara kaitannya dengan hormon estrogen artinya hampir 70 hingga 80% dihubungkan dengan paparan hormon estrogen.
“Hormon estrogen itu wanita punya pabriknya ovarium. Jadi paparan hormon estrogen yang berkepanjangan itu diduga berhubungan dengan kapster payudara. Jadi ibaratnya setiap wanita punya resiko untuk terkena kanker payudara secara otomatis,” jelasnya.
Kata dia, bagi yang terkena kanker payudara harus dilakukan penanganan yang baik dari awal. Khususnya di Sultra ada 17 kabupaten/kota sehingga idealnya setiap kabupaten harus punya satu dokter, namun tidak gampang mencetak dokter sesuai kualifikasi.
“Tapi kami berusaha dari organisasi profesi untuk membekali ilmu tambahan proctorship, karena kalau melalui pendidikan resmi itu butuh waktu yang panjang. Sehingga kami yang akan datang memberikan kuliah dan kursus selama satu minggu teori dan satu minggu praktek. Jadi kita akan latih dokter bedah umum bagaimana operasi yang benar untuk penanganan kanker payudara,” pungkasnya.
Laporan: Hasrul Tamrin
ini tampilan gambar iklan: ini tampilan gambar iklan: