KOLOMRAKYAT.COM: MUBAR – Proyek pembangunan Jembatan Tolimbo pada jalan kabupaten lokal di Desa Tangkumaho, Kecamatan Napano Kusambi, Kabupaten Muna Barat, yang dikerjakan oleh CV. Sandana Cipta Barokah, akhir-akhir ini mendapat sorotan dari pihak luar melalui aksi dekonsentrasi dan pemberitaan media massa. Hal ini mengundang reaksi masyarakat tiga desa setempat yakni Tangkumaho, Latawe, dan Kombikuni, yang notabenenya menggunakan jembatan.
Pasalnya, jembatan ini sudah lama dikeluhkan oleh masyarakat setempat, mayoritas berprofesi sebagai petani di seberang kali. Kadang-kadang mereka kesulitan menuju ke lahan-lahan perkebunan maupun mengangkut hasil kebun ketika hujan deras, karena kondisi jembatan yang tidak memadai.
Kehadiran proyek pembangunan jembatan ini menjadi angin segar pembangkit semangat masyarakat petani untuk meningkatkan usaha pertanian, nantinya bisa berdampak ekonomi.
Sekretaris Forum Rakyat Napano Kusambi Bersatu, La Ode Habili, juga tokoh masyarakat Desa Latawe dalam pernyataan menyampaikan bahwa pihak-pihak yang beberapa hari ini menuntut untuk dihentikannya aktivitas proyek jembatan sesungguhnya telah mencoba mematikan perekonomian masyarakat Desa Tangkumaho, Desa Latawe dan Desa Kombikuno, sebab jembatan tersebut adalah akses satu satunya menuju lahan – lahan perkebunan.
“Masyarakat yang ada di 3 desa hari ini sumber pendapatannya dalam rangka menghidupi keluarganya mengharapkan hasil perkebunan mereka dari wilayah Tolimbo. Kalau kemudian akses jembatan dituntut untuk dihentikan pembangunannya, mereka sebenarnya sedang berhadapan dengan masyarakat yang ada di 3 desa,” tegasnya.
Dia menilai adanya pihak-pihak dari luar yang mencoba mengganggu proses pembangunan jembatan dengan berbagai dalih dan tuduhan yang tidak berdasar, sesungguhnya mereka tidak merasakan bagaimana pentingnya jembatan ini bagi masyarakat.
“Mereka ini tidak tau bagaimana urgensinya pembangunan jembatan ini bagi masyarakat. Dari dulu kami inginkan ada jembatan ini, tapi setelah ada pembangunan ada yang mau ganggu-ganggu,” kesalnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Forum Rakyat Napano Kusambi Bersatu, La Ode Ilham Effendy, menegaskan bahwa pemberitaan dan tuntutan beberapa pihak yang melakukan demonstrasi adalah pembohongan publik, sebagaimana diketahui dalam release yang disampaikan pihak-pihak tersebut mempermasalahkan hutan lindung yang ada di Tangkumaho dan penghentian aktivitas proyek tjembatan Tolimbo.
“Mereka tidak ketahui status kawasan Tolimbo bukanlah hutan lindung tetapi merupakan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang mana hasil dari HTI seperti kayu dan lain-lain, bisa di manfaatkan untuk kebutuhan komersialisasi,” terangnya.
Effendi menjelaskan, ada perbedaan fungsi yang jauh antara hutan lindung dan hutan tanaman industri yang tidak dipahami oleh pihak-pihak luar sehingga menyoroti pembangunan jembatan ini.
“Saya kira pihak-pihak yang tidak paham perbedaan dan fungsi hutan ini harus belajar lagi dan memperbanyak literatur terkait itu,” ungkapnya.
“Saya kira, mereka sendiri tidak mengerti dengan apa yang mereka tuntut sebenarnya, maka dari itu kami menduga bahwa pihak-pihak ini adalah kaki tangan korporasi yang mencoba menguasai lahan perkebunan Tolimbo pada tahun 2019 yang di gagalkan oleh Forum Rakyat Napano Kusambi Bersatu,” tutupnya.
Editor: Hasrul Tamrin