Politik

Pidato Penutup Kampanye ASR-Hugua: Menolak Politik Suku di Sulawesi Tenggara

6
×

Pidato Penutup Kampanye ASR-Hugua: Menolak Politik Suku di Sulawesi Tenggara

Sebarkan artikel ini
Kampanye terbatas Hugua di Kecamatan Surawolio Kota Baubau, Rabu (20/11/2024). (Foto: Ist)
Kampanye terbatas Hugua di Kecamatan Surawolio Kota Baubau, Rabu (20/11/2024). (Foto: Ist)

KOLOMRAKYAT.COM: BAUBAU – Calon Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Hugua, dalam pidato penutup kampanye terbatas di Kecamatan Surawolio, Kota Baubau, pada Rabu, 20 November 2024, dengan tegas menolak politik identitas yang membatasi kepemimpinan daerah berdasarkan suku.

Hugua menekankan bahwa Sultra merupakan miniatur Indonesia, dan siapapun yang membatasi kepemimpinan berdasarkan suku tertentu tidak memahami hakikat persatuan dan Bhineka Tunggal Ika.

“Oleh karena itu, siapapun yang mengatakan bahwa hanya suku tertentu yang wajar menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra maka yang bersangkutan tidak mengerti hakikat persatuan dan tidak menghargai yang namanya Bhineka Tunggal Ika,” tegas Hugua, pada kampanye terbatas di Kecamatan Surawolio Kota Baubau, Rabu (20/11/ 2024).

Baca Juga :  Sri Yastin Asrun Komitmen Perjuangkan Kesejahteraan Masyarakat Kendari - Kendari Barat

Pada kesempatan itu, Hugua, yang mendampingi Andi Sumangerukka sebagai calon Gubernur Sultra secara singkat menjelaskan awal mula terbentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara. Dimana sebelum terbentuknya Provinsi Sultra, masih menjadi wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara (Sulselra).

ini tampilan gambar iklan:

Sultra saat itu lanjut Hugua, dihuni berbagai suku di Indonesia. Sehingga ketika Sultra mekar menjadi provinsi baru. Berbagai suku yang mendiami Sultra saat itu secara otomatis menjadi bagian dari masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara.

“Tahun 1964, provinsi Sulawesi Tenggara belum ada. Yang ada baru provinsi Sulawesi Selatan Tenggara. Lalu di tahun itu pula, kemudian Gubernur Provinsi Sulselra, Andi Rifai, memekarkan Sulawesi Tenggara jadi provinsi. Dengan ibu kota di Baubau, dengan Perpu No 2 Tahun 1964 yang diperkuat dengan UU Nomor 13 Tahun 1964,”

Baca Juga :  Bachrun - Asrafil Dapat Signal Rekomendasi Dua Partai, Bangun Komunikasi dengan La Ode Rifai dan Ridwan Bae

“Jadi, jangan lupa atas perjuangan tokoh-tokoh masyarakat Sultra, tokoh-tokoh Diaspora dari berbagai suku seperti suku Bugis, suku Jawa, suku Bali dan lain sebagainya di Sultra sebelum tahun 1964,” jelas Hugua.

Menurut mantan Bupati Wakatobi dua periode tersebut masyarakat Sultra harus kembali ke sejarah masa lalu. Dimana terjadinya penjajahan oleh Bangsa Asing di Indonesia karena masing-masing suku dan kerajaan berjuang sendiri-sendiri tanpa bersatu.

“Kita harus kembali ke sejarah. Jika kita ingin porak-poranda dan menjadi suku yang di jajah kembali oleh Bangsa Asing maka tonjolkan suku masing-masing karena akan menimbulkan perpecahan,” ucap Hugua.

Baca Juga :  Bachrun Labuta Tes Urine di BNN Hasilnya Negatif sebagai Syarat Calon Bupati Muna

Hugua, juga mengatakan perlunya masyarakat Sultra diingatkan sejarah terbentuknya Provinsi Sulawesi Tenggara. Karena selama beberapa bulan terakhir, sering muncul statemen dari berbagai kelompok yang terkesan bahwa Sultra harus dipimpin suku tertentu.

“Karena selama ini ada yang menjelaskan dan terkesan bahwa pemilihan kepala daerah (Pilgub) Sultra adalah pemilihan suku,” pungkas Hugua.

Kampanye terbatas di Kecamatan Sorowolio Kota Bau Bau ini merupakan kampanye penutup ASR – Hugua. Dan di doakan oleh Parabela serta dihadiri oleh sekitar 3.000an massa simpatisan dan pemilih paslon Nomor Urut 2.

 

 

 

Editor: Hasrul Tamrin

 

ini tampilan gambar iklan:

ini tampilan gambar iklan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!